1. Pengertian Think Pair anf Share
Think Pair and Share adalah struktur pertama kali dikembangkan oleh Profesor Frank Lyman dari Universitas Maryland pada 1985 dan diadopsi oleh banyak penulis di bidang pembelajaran kooperasi sejak saat itu. Ini memperkenalkan ke rekan unsur interaksi kooperasi gagasan pembelajaran 'menunggu atau berpikir' waktu, yang telah dibuktikan menjadi faktor kuat dalam meningkatkan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan siswa. Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Model pembelajaran Think Pair and Share adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Ini adalah strategi yang sederhana, efektif dari anak usia dini melalui semua fase-fase berikutnya untuk pendidikan tersier dan seterusnya. Ini adalah struktur yang sangat serbaguna, yang telah diadaptasi dan digunakan, dalam beberapa cara tanpa henti. Ini adalah salah satu batu fondasi bagi pengembangan 'kooperasi kelas.
Think Pair and Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Nurhadi dkk, 2003 : 66). Sebagai contoh, guru baru saja menyajikan suatu topik atau siswa baru saja selesai membaca suatu tugas, selanjutnya guru meminta siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada dalam topik/bacaan tersebut.
2. Langkah Think Pair and Share
Langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair and Share sederhana, namun penting terutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan kerja kelompok. Dalam model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran Think Pair and Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Thingking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think Pair and Share adalah:
Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan
Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual
Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiranyya masing-masing.
Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan.
Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.
Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas
Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas.
Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.
3. KelebihanThink Pair and Share
1. Para siswa dapat belajar antara satu sama lain
2. Siswa bertanggung jawab untuk berbagi ide. Siswa mungkin juga akan diminta untuk berbagi ide-ide pasangan pasangan lain atau seluruh kelompok.
3. Setiap siswa dalam kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk berbagi. Ada kemungkinan bahwa seorang siswa dapat mencoba untuk mendominasi. Guru dapat memeriksa hal ini tidak terjadi.
4. Tinggi derajat interaksi. Pada satu saat semua siswa akan secara aktif terlibat dalam tujuan berbicara dan mendengarkan. Bandingkan dengan praktek yang biasanya, guru bertanya di mana hanya satu atau dua siswa akan secara aktif terlibat.
5. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004:57).
4. Kekurangan Think Pair and Share
· Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
· Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
· Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
· Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
· Lebih sedikit ide yang muncul.
· Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.
· Menggantungkan pada pasangan.
· Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
· Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
· Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
· Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
· Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak.
· Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
· Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas
· Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
0 komentar: