Model Pembelajaran TAI
Senin, Januari 09, 2012 | Author: Beti Riawati
         Pengertian TAI
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Terjemahan bebas dari TAI adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karaktristik bahwa (Driver,1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru adalah negoisasi dan bukan imposisi-intruksi. 
Sintak BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai (3) anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (4)) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
Menurut (Slavin, 1995 : 101-104) model pembelajaran TAI memiliki 8 komponen yaitu :
1.      Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 – 5 siswa.
2.      Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata – rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
3.      Curriculu Materials yaitu siswa bekerja secara individu tentang materi kurikulum.
4.      Team Study yaitu tahapan tindakan belajaryang harus dilaksanakan oleh guru dan kelompok pada siswa yang membutuhkan bantuan.
5.      Team Scores and Team Recognition yaitu pemberian skor atau penghargaan terhadap hasil kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas.
6.      Teaching Group yaitu  pemberian materi secara singkat oleh guru sebelum pemberian tugas.
7.      Fact Test yaitu pelaksanaan tes kecil berdasarkan fakta yangt diperoleh siswa.
8.      Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
B.     Langkah – langkah Pembelajaran TAI
1.    Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2.     Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal.
3.  Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan gender.
4.  Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
5.    Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6.     Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
7.     Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
C.    Kelebihan TAI
1.      Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyesaikan masalah.
2.      Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.
3.      Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dalam keterampilannya.
4.      Adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah.
5.      Menghemat presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif.
D.    Kelemahan TAI
1.    Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkan dirinya pada siswa yang pandai.
2.      Tidak ada persaingan antar kelompok.
3.      Tidak semua materi dapat diterapkan pada metode ini.
4.      Membutuhkan pengelola kelas yang baik.
5.      Memungkinkna adanya anggota kelompok yang pasif.
Model Pembelajaran Inside Outside Circle
Senin, Januari 09, 2012 | Author: Beti Riawati
         Pengertian
Model Pembelajaran Inside- Outside- Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar) merupakan model pembelajaran dimana “Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”. Pembelajaran ini lebih leluasa dilaksanakan di luar kelas, atau tempat terbuka. Karena mobilitas siswa akan cukup tinggi, sehingga diperlukan perhatian ekstra. Namun demikian jika jumlah siswa  tidak terlalu banyak bisa juga dilaksanakan di dalam kelas. Adapun informasi yang saling berbagi merupakan isi materi pembelajaran yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Misalnya pada mapel Bahasa Indonesia tentang unsur-unsur cerita. Sebagian siswa mempelajari tokoh-tokoh cerita, sebagian siswa yang lain mempelajari sifat/watak tokoh, latar cerita atau amanat/pesan cerita.  Pada saat nanti berbagi informasi, maka semua siswa akan saling memberi dan menerima informasi pembelajaran. Tujuan model pembelajaran ini adalah melatih siswa belajar mandiri dan belajar berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Selain itu juga melatih kedisiplinan dan ketertiban.
B.     Langkah - langkah Pembelajaran
1.      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
  1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 orang.
  2. Tiap-tiap kelompok  mendapat tugas mencari informasi berdasarkan pembagian tugas dari guru ( misal : latar cerita, tokoh cerita, watak tokoh, pesan/amanat, dsb).
  3. Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan.
  4. Setelah selesai, maka seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan kelompok).
  5. Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
  6. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.
  7. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
  8. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
  9. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.

C.    Kelebihan
1.      Siswa mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
2.      Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi . sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran
3.      Kegiatan ini dapat membangun sifat kerjasama antar siswa
D.    Kelemahan
1.       Membutuhkan ruang kelas yang besar.
2.      Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga rumit untuk dilakukan.
Model Pembelajaran Group Investigation
Senin, Januari 09, 2012 | Author: Beti Riawati
        Pengertian Model Group Investigation
Group Investigationn merupakan  salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif  yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.  Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atauenquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
2.      Ciri khas Pembelajaran Group Investigation (GI)
1.      menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.
2.      para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.
3.      Keterlibatan siswa secara aktif dimulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
4.      Peran guru dalam group investigation adalah sebagai pembimbing, konsultan, dan memberi kritik yang membangun.

3.      Langkah – Langkah Group Investigation
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) diatas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
4.      Kelebihan Group Investigation
1.      Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.      Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.      Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
4.      Model pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
5.      Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
5.      Kelemahan Group Investigation
1.    Karena siswa bekerja secara kelompok dari tahap perencanaan sampai investigasi untuk menemukan hasil jadi metode ini sangat komplek, sehingga guru harus mendampingi siswa secara penuh agar mendapatkan hasil yang diinginkan.
2.    Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. 
3.    Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation membutuhkan waktu yang lama
4.    Tidak semua materi cocok dengan model pembelajaran group investigation.
Model PembelajaranThink Pair and Share
Senin, Januari 09, 2012 | Author: Beti Riawati
1.      Pengertian Think Pair anf Share
Think Pair and Share adalah struktur pertama kali dikembangkan oleh Profesor Frank Lyman dari Universitas Maryland pada 1985 dan diadopsi oleh banyak penulis di bidang pembelajaran kooperasi sejak saat itu. Ini memperkenalkan ke rekan unsur interaksi kooperasi gagasan pembelajaran 'menunggu atau berpikir' waktu, yang telah dibuktikan menjadi faktor kuat dalam meningkatkan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan siswa. Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Model pembelajaran Think Pair and Share adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Ini adalah strategi yang sederhana, efektif dari anak usia dini melalui semua fase-fase berikutnya untuk pendidikan tersier dan seterusnya. Ini adalah struktur yang sangat serbaguna, yang telah diadaptasi dan digunakan, dalam beberapa cara tanpa henti. Ini adalah salah satu batu fondasi bagi pengembangan 'kooperasi kelas.  
Think Pair and Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Nurhadi dkk, 2003 : 66). Sebagai contoh, guru baru saja menyajikan suatu topik atau siswa baru saja selesai membaca suatu tugas, selanjutnya guru meminta siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada dalam topik/bacaan tersebut.
2.      Langkah Think Pair and Share
Langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair and Share sederhana, namun penting terutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan kerja kelompok. Dalam model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran Think Pair and Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Thingking (berpikir)      
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think Pair and Share adalah:
Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan
Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual
Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiranyya masing-masing.
Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan.
Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.
Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas
Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas.
Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.
3.      KelebihanThink Pair and Share
1.      Para siswa dapat belajar antara satu sama lain
2.      Siswa bertanggung jawab untuk berbagi ide. Siswa mungkin juga akan diminta untuk berbagi ide-ide pasangan pasangan lain atau seluruh kelompok.
3.      Setiap siswa dalam kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk berbagi. Ada kemungkinan bahwa seorang siswa dapat mencoba untuk mendominasi. Guru dapat memeriksa hal ini tidak terjadi.
4.      Tinggi derajat interaksi. Pada satu saat semua siswa akan secara aktif terlibat dalam tujuan berbicara dan mendengarkan. Bandingkan dengan praktek yang biasanya, guru bertanya di mana hanya satu atau dua siswa akan secara aktif terlibat.
5.      Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004:57).
4.      Kekurangan Think Pair and Share
·         Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
·          Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
·         Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
·          Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
·          Lebih sedikit ide yang muncul.
·          Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.
·         Menggantungkan pada pasangan.
·         Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
·          Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
·          Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
·          Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
·          Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak.
·          Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
·          Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas
·          Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Senin, Januari 09, 2012 | Author: Beti Riawati
1. Pengertian Tutor Sebaya

Program tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan kepada siswa atau peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar optimal. Hamalik (1990:73) menyatakan tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif.
Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. Siswa yang dipilih guru adalah teman sekelas dan memiliki kemampuan lebih cepat memahami materi yang diajarkan, selain itu memiliki kemampuan menjelaskan ulang materi yang diajarkan pada teman-temannya. Karena siswa yang dipilih menjadi tutor ini seumur (sebaya) dengan teman-temannya yang akan diberikan bantuan, maka tutor tersebut sering dikenal dengan sebutan tutor sebaya.
Pengertian di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (1986:77) bahwa tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Untuk menentukan seorang tutor ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang siswa yaitu siswa yang dipilih nilai prestasi belajar matematikanya lebih besar atau sama degan delapan, dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memiliki kesabaran serta kemampuan memotivasi siswa dalam belajar.

2. Langkah –langkah Tutor Sebaya

Menurut Hisyam Zaini (2001:1) (dalam Amin Suyitno, 2004:34) langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi pengajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi). Misalnya siswa diberi soal latihan tentukan KPK dan FPB dari pasangan bilangan 24 dan 18, maka segmen materi yang diberikan adalah sebagai berikut. Kelipatan dari 24 adalah : 24, 48,…,…,(diisi oleh siswa) , Kelipatan dari 18 adalah : 18, 36,…,…,(diisi oleh siswa). Faktor dari 24 adalah : …,…,…,(diisi oleh siswa). Faktor dari 18 adalah : …,…,…,(diisi oleh siswa)
2. Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya
3. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
4. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas
5. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
6. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

3. Kelebihan Metode Tutor Sebaya

a) Anak-anak diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawanyang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yangdianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurangpandai atau ketinggalan.
b) Siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yangdihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.
c) Membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagiuntuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas.
d) Membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerimapelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor seraya bagi siswa merupakankegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakankebutuhan siswa itu sendiri.
e) Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akanmendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalammenerima pelajaran.

4. Kelemahan Tutor Sebaya

Murid yang menjadi tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuandalam penguasaan materi dan kemampuan membantu orang lain. Sawali Tuhusya (2007) menyatakan bahwa “tutor adalah murid yang tergolong baik dalam prestasi belajarnya dan mempunyai hubungansocial yang baik dengan teman-temannya”. Dalam penggunaanmetode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan,seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihandari metode tutor sebaya sementara kekurangan tutor sebaya antaralain:
a.Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.
b.Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.
Model Pembelajaran Pemecahan Masalah
Senin, Januari 09, 2012 | Author: Beti Riawati
1. Pengertian Metode

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Pemecahan secara instinktif merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dipelajari, seringkali berfaedah dalam situasi yang luarbiasa. Misalnya seseorang yang dalam keadaan terjepit karena bahaya yang datangnya tak disangka, maka secara spontan mungkin ia melompati pagar atau selokan dan berhasil, yang seandainya dalam keadaan biasa hal itu tak mungkin dilakukan.
Dalam situasi yang problematis, baik manusia maupun binatang, dapat menggunakan cara "coba - coba, salah", mencoba lagi ( trial and error ) untuk memecahkan masalahnya. Akan tetapi taraf problem solving pada manusia lebih tinggi karena manusia sanggup memecahkan masalah dengan rasio ( akal ), disamping memiliki bahasa. Oleh karena itu manusia dapat memperluas pemecahan masalahnya di luar situasi konkret.

2. Langkah – langkah Pemecahan Massalah

a. Memahami masalah
Masalah yang dihadapi harus dirumuskan, dibatasi dengan teliti. Bila tidak, usahanya akan sia - sia.
b. Mengumpulkan data
Kalau masalah sudah jelas, dapat dikumpulkan data / informasi / keterangan - keterangan yang diperlukan.
c. Merumuskan hipotesis
Jawaban sementara, yang mungkin memberi penyelesaian dan keterangan keterangan yang diperoleh, mungkin timbul suatu kemungkinan yang memberi harapan yang akan membawa pada pemecahan masalah.
d. Menilai hipotesis
Dengan jalan berpikir dapat diperkirakan akibat - akibat suatu hipotesis. Kalau ternyata bahwa hipotesis ini tidak akan memberi basil baik, maka dimulai lagi dengan langkah kedua.
e. Mengadakan eksperimen / menguji hipotesis
Bila suatu hipotesis memberi harapan baik, maka diuji melalui eksperimen. Kalau berhasil, berarti masalah ini dipecahkan. Tetapi kalau tidak berhasil, harus kembali lagi dari langkah - langkah kedua atau ketiga.
f. Menyimpulkan
Laporan tentang keseluruhan prosedur pernecahan masalah yang diakhiri dengan kesimpulan. Di sini kernungkinan dapat dicetuskan suatu prinsip atau hukum. Kesanggupan memecahkan masalah harus diajarkan kepada para siswa, sebab pemecahan masalah secara ilmiah ( scientific method ) berguna bagi mereka untuk memecahkan masalah yang sulit. Metode ini selain dapat digunakan untuk mernecahkan masalah dalam berbagai bidang studi, juga dapat digunakan untuk pemecahan yang berkaitan dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari - hari.

3. Kelebihan Metode

Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

4. Kelemahan metode

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
Model Pembelajaran STAD
Senin, Januari 09, 2012 | Author: Beti Riawati
1.        Pengertian
Metode pembelajaran kooperatif STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkin. Menurut Nurhadi (2004:65) pembelajaran kooperatif STAD ini dipandang sebagai metode paling sederhana dan paling langsung dalam pembelajaran kooperatif. Sebagai salah satu metode pembelajaran kooperartif metode STAD lebih menekankan pada berbagai ciri pengajaran langsung yaitu siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk berlatih menyelesaikan masalah. Siswa bekerja dalam situasi yang didorong dan dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas sehingga melalui pembelajaran kooperatif STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan seluruh siswa dalam proses pembelajaran.

2.        Langkah langkah
Lima komponen utama pembelajaran kooperatif  tipe STAD yaitu:
a) Penyajian kelas.
b) Belajar kelompok.
c) Kuis.
d) Skor Perkembangan.
e) Penghargaan kelompok.

Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe StudentTeams Achievement Division (STAD).
1.      Penyajian kelas
Berupa penyampaian materi secara klasikal oleh guru tentang materi yang akan dipelajari oleh siswa. Selanjutnya siswa disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang akan diberikan guru.

2.      Belajar kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari atas 4-5 siswa yang dipilih berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin. Adapun fungsi dari pengelompokkan ini yaitu untuk mendorong adanya kerja sama kelompok dalam mempelajari materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
3.      Kuis  atau Tes
Setelah belajar kelompok diadakan kuis atau tes untuk mengukur kemajuan belajar siswa terhadap materi yang baru saja dipelajari. Kuis dikerjakan secara individu dan tidak diperbolehkan bekerja sama. Skor kuis digunakan untuk melihat perkembangan kemajuan belajar siswa.
4.      Skor kemajuan individu
Skor kemajuan siswa dapat diperoleh dengan membandingkan skor tes formatif dengan skor awal. Skor awal diperoleh dari skor tes paling akhir yang dimiliki siswa. Skor tes yang diperoleh setelah diadakan pembelajaran kooperatif STAD dihitung sebagai skor kemajuan siswa.

5.      Penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok yang diberikan dapat berupa hadiah atau predikat seperti: super team, great team atau menggunakan kata-kata khusus seperti: Bintang Biologi, Kelompok Mendel, Pakar Biologi dan sebagainya.
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif mode STAD sebagai berikut:

  1. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan awal matematika, motivasi belajar, jenis kelamin, atupun latar belakang etnis yang berbeda.
  2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan peresentasi adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa.
  3. Pemahan konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok. Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.
  4. Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.
  1. Hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untukmembentuk skor kelompok.
  2. Setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.
Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan menyenangkan.

3.        Kelebihan
Pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1995:17) diantaranya sebagai berikut:

1.  Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
2.   Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
3.   Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
4.  Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

4.        Kekurangan

Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan, menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai berikut:
1.    Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3.   Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
4.    Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.